Saturday, November 28, 2009

Hujan



Bukan kerinduan benar menusuk kalbu
adalah saat cahaya jadi alasan
saat dimana setiap saat adalah rindu

Mengapa mereka menganggap hujan sebagai halangan, padahal selama ini dia hanya membasahi. Bukankah hanya saat hujan dunia jadi berbeda. Bukankah hanya saat hujan alam jadi lebih bersuara.
Mengapa mereka menyalahkan hujan, padahal saat hujan dunia lebih indah dari biasanya. Anak-anak kecil berlari bersama, tertawa bersama, berbahagia. Dan para orang tua saling memeluk tersenyum, atau sekedar minum teh bersama. Bukankah saat hujan, saat berkumpul terhangat di ruang keluarga bersama keluarga, di temani banyak canda dan tawa.

Monday, May 11, 2009

Keyakinan pada Tuhan yang esa adalah


Ketuhanan Yang Ma[s]ha Esa[?]




Keyakinan pada Tuhan yang Esa adalah fondasi mendasar bagi bangsa kita. Saking elementalnya, dicantumkanlah prinsip tersebut sebagai sila pertama dari Pancasila. Buah-buah pengamalan yang ditumbuhkan dari sila tersebut antara lain adalah kerukunan umat beragama, tepa salira, toleransi, serta konsep-konsep cantik lainnya. Dalam percakapan sehari-hari kita dapat ‘membauinya’ pada kalimat-kalimat klasik seperti: “jalannya lain-lain tapi toh tujuannya satu” atau “cuma caranya saja yang beda-beda tapi Tuhannya satu”, dst. Namun, sama seringnya pula kita menemukan aneka kontradiksi yang menemani konsep-konsep cantik dan kalimat-kalimat bijak tadi.


Baru-baru ini saya diberi kesempatan untuk menonton pra-rilis satu film indie berjudul “Cin[T]a”. Sebuah film dengan premis dan tema yang menarik; bercerita tentang Tuhan, cinta, dan perbedaan. Di film itu kita menemui dilema yang banyak dialami orang-orang: hubungan cinta beda agama. Dilema yang akhirnya berujung pada pilihan: pilih pacar atau Tuhan?


Entah berapa banyak sudah hati manusia yang nelangsa akibat dilema klise itu; saat benang kusut itu mulai teraduk: mencintai pacar… tidak mau berpisah… tidak mau mengkhianati Tuhan… tapi kenapa harus ada cinta… bukannya cinta juga diciptakan Tuhan… tapi agama bilang tidak boleh menomorduakan Tuhan… tapi kan, katanya cara saja yang beda-beda tapi Tuhannya satu… dan benang itu terus mengusut. Belum lagi Tuhan jarang berdiri sendiri, Ia membawa institusi agama, orang tua, keluarga besar, adat istiadat, bahkan aturan pemerintah Indonesia yang melarang pernikahan beda agama.

Wednesday, April 29, 2009

Tanya si Tolol

Cukupkah dengan fikir, nada berhenti berdenting?
Cukupkah dengan rasa, cerah berhenti benderang?

Egokah? mengurung logikamu, sambil memunggungimu?
Adilkah? sadar akan ketidaksadaranku
Jujurkah? Berhadap denganmu, namun bayangmu yang tercumbu

celoteh Hidup,
tentangmu bukan sepi betul menusuk kalbu

tentangmu bukan sendiri menumbuh ragu
celoteh Hidup,
tentangmu adalah tentang peluk hangat yang melengkapi setengahku

jadi
cukupkah?

Ini tentangmu yang hanya sejengkal dimensi dari langitku

Wednesday, April 8, 2009

pliss, jangan masuk di zona teritorialku

Karena hanya saat kau di sana
frekuensi detak jantungmu, desir aneh darahku
aliran yang tidak seperti biasanya
dan aku tahu kau tahu
dan jangan tanya aku, kenapa begitu

Karena jika kau disana
tidak akan ada getaran di pita suaraku
hanya ada bisu dan dirimu
dan aku tahu kau tahu
dan jangan tanya aku, kenapa begitu

karena jika kau tetap juga disana
ujung jemari ini akan isyaratkan detakan aneh jantungku
detakan tentang rasa, yang tidak ber asa
dan apa kau tahu itu
dan jangan tanya lagi aku

kenapa juga masih disana

karena jika kau masih disana
tak ada rasa lain yang dapat kuraba, hanya rasamu
tak ada dunia yang lagi yang kuisi, hanya duniamu

Monday, March 30, 2009

belum Mati

Aku...
bukannya belum mati

hanya...
ada yang belum aku tuntaskan dalam satu kehidupan ini

Thursday, March 19, 2009

Apa rasanya jadi orang yang belum juga mati

Apa rasanya jadi orang yang belum juga mati. Masih juga bersahabat dengan bayangan dunia yang hanya bayangan. Masih juga berlari, hingga akhirnya letih, kemudian berlari lagi, kemudian latih lagi, kemudian berlari lagi. Bagaimana rasanya jadi manusia yang belum juga mati?. Apa kau tidak rindu dengan Kekasihmu? Bukankah ingin kau pulang dan bertemu Kekasihmu.

Kenapa tak mau kau ucapkan salam perpisahan dengan Hidup. Bukankah kau sudah terlalu banyak menerima dari apa yang layak kau terima. Kenapa kau tidak marah saja padaNya. Belum juga Ia menjemputmu, untuk pulang kerumahmu yang lebih Indah

Sunday, March 15, 2009

Kristal...


Seperti kristal...
Indah, Berkilau
dengan mudahnya mebentuk pelangi bagi yang merindukannya

Seperti Kristal...
Kuat, tak tergoreskan
dengan tegar menahan apa saja yang menghalangi ke indahannya

Sepert Kristal...
Mahal
dengan harganya maka siapa saja akan merindukannya

Seperti Kristal...
Mengikuti ujian alam yang hebat
Menempuh jarak ratusan tahun
Melewati seluruh badai, banjir, petir, dan kobaran
hanya untuk keindahan sejatinya